Search This Blog

Sunday 10 August 2014

Konsep Penjernih Air RUCEF



Air merupakan sumber daya alam yang melimpah, dapat ditemukan disetiap tempat di permukaan bumi, air juga merupakan sumber daya alam yang sangat penting dan dibutuhkan setiap mahluk hidup. Bagi manusia kebutuhan air amat mutlak, hampir semua aktifitas manusia memerlukan air (Saparuddin, 2010).
Dalam kaitannya dengan kebutuhan rumah tangga, manusia membutuhkan air untuk minum, makan, mandi dan cuci. Dan air yang dibutuhkan untuk kegiatan ini seharusnya adalah air yang bersih.
Harus disadari bahwa pemenuhan kebutuhan air bersih saat ini semakin terbatas, karena penurunan kualitas maupun kuantitas air di lingkungan yang menyebabkan air menjadi kotor, tercemar dan mengandung racun atau sumber penyakit. Data terkini yang ada, ternyata hanya sekitar 45% saja rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih, dan nilai prosentase ini semakin mengecil jika cakupannya adalah wilayah pedesaan (Direktorat Perumahan dan Permukiman, 2011).
Keterbatasan akses dan pelayanan air bersih di wilayah pedesaan ini, sering kali memaksa penduduk desa setempat menggunakan air seadanya yang bersumber dari sungai, telaga, waduk, tampungan air hujan atau sumur-sumur dangkal, yang terkadang keruh, berbau, mempunyai citra rasa tertentu bahkan tercemar oleh bakteri Escherichia coli (E.coli) dengan ambang melebihi batas yang diperkenankan bagi syarat air bersih.
Menghadapi kondisi seperti ini, dibutuhkan suatu teknologi praktis untuk menjernihkan air dengan konsep teknologi yang mudah, murah dan sedapat mungkin untuk mendayagunakan bahan-bahan yang ada disekeliling kita.
Secara umum masyarakat pedesaan dengan tingkat pendidikan yang rendah dan keterbatasan penghasilannya memerlukan sentuhan teknologi yang tidak mahal, tidak memerlukan pengetahuan yang khusus dalam pembuatannya serta tidak merepotkan dalam hal perawatannya.
Konsep Re Use, Cheap, Easy and Flexible”, adalah sebuah gagasan yang akan menarik perhatian masyarakat pedesan dalam bentuk teknologi apapun, termasuk juga jika diterapkan dalam hal teknologi penjernihan air.
Model teknologi penjernihan air, bukan hal baru yang dikenal di masyarakat pedesaan. Beberapa teknologi penjernihan air sederhanapun sudah diperkenalkan dan diterapkan diberbagai pelosok pedesaan. Sebut saja misalnya model penjernihan air dengan sistem saringan pasir lambat, saringan pasir cepat, saringan arang, saringan krikil atau teknologi yang terbaru yang diperkenalkan oleh Soelidarmi dengan Alat Penjernih Air Tanpa Mesin (APATM) pada tahun .
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, bahwa masing-masing dari metode yang telah disebutkan dibagian atas, masih memerlukan penyempurnaan dalam aplikasi desainnya, terutama dalam hal kemudahan pencucian material penyaring sebagai bagian dari konsekuensi perawatan yang harus dilakukan.
Secara umum teknologi penjernih air sederhana yang sudah diperkenalkan sebelumnya, mengusung konsep penyusunan material penyaring yang ditempatkan dalam satu wadah secara berurutan (layer per layer), sehingga ketika terjadi penyumbatan dan proses pencucian material penyaring harus dilakukan, maka kegiatan pencucian ini harus dilakukan dengan membongkar semua material penyaringnya yang terletak dalam wadah yang sama tersebut. Selain itu material filter yang disusun dalam wadah dibiarkan terbuka untuk kontak langsung dengan air baku yang akan disaring, sehingga pengendapan material terlarut menjadi lebih besar yang akibatnya akan membuat media filter cepat tersumbat dan pencucian media filter ini harus lebih sering dilakukan. 
Melihat hal tersebut diatas, maka kami berupaya untuk menghasilkan sebuah konsep rancang bangun teknologi sederhana penjernih air yang berpegang pada konsep “Re Use, Cheap, Easy and Flexible” dengan menggunakan wadah dari bahan bekas, kemudian memberikan perlakuan pemisahan masing-masing material penyaringnya dengan wadah yang terpisah-pisah, memberi perlakuan covered pada inti filter dengan memasukannya kedalam botol plastik bekas sehingga memberikan waktu tenggat untuk kontak langsung bahan baku air dengan media filter sehingga memberikan kesempatan pengendapan pada wadah ember bukan pada media filternya. Dengan analogi ini diharapkan proses pencucian media filter lebih minimal dilakukan dibandingkan dengan teknologi penjernih air yang sudah diciptakan sebelumnya.